Di tengah ramainya pembicaraan dan perhatian dunia pada
peristiwa yang terjadi di Gaza, berkesempatan untuk mewawancarai
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi
di Kedutaan Palestina di Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat. Wawancara
dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 dalam bahasa inggris. Berikut
adalah terjemahan lengkap dari wawancara yang berdurasi 24 menit
tersebut.
Pertanyaan yang ajukan akan diawali dengan huruf T, dan jawaban Duta Besar akan ditandai dengan huruf J.
Semoga berguna.
——————————————-
T:
Duta besar, terima kasih atas waktu anda. Pertama saya ucapkan
turut prihatin atas kondisi yang terjadi di Gaza saat ini, yang
harapannya akan segera membaik. Pertanyaan saya adalah, media tidak
selalu dapat menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi disana. Apa kondisi
Gaza yang tidak kita lihat di media?
J:
Yang tidak kita lihat, orang selalu tertarik dengan angka. Kita
sudah berhitung berapa angka martir disana. Sudah lebih dari 200 orang,
dan bangunan yang hancur juga sudah mencapai 200 lebih, lebih dari 5000
warga tidak bisa tidur tadi malam. Ada lebih dari 1000 orang terluka,
jauh melebihi kemampuan fasilitas kesehatan kita. Masalahnya dengan
kamera adalah, tidak mampu menunjukkan bagaimana gambaran besarnya.
Contohnya, menggambarkan Gaza. Gaza hanyalah sebidang tanah kecil. Lebar
10km dan panjangnya 35km. Jadi, hanya sekitar 350 kilometer persegi,
jauh lebih kecil dari Jakarta, itulah Gaza. Saat dimasuki 45.000 pasukan
Israel, yang menguasai darat, laut, dan udara, ditambah lagi 2 ribu
pesawat tempur F-16 atau F-17 menjatuhkan bom di daerah kecil dengan
penduduk 1,8 juta, maka dimanapun bom itu dijatuhkan, pasti warga yang
jadi korban.
Seperti anda ingin memukul seseorang yang botak, dimanapun anda memukulnya, pasti akan mengenai kulit kepalanya.
Lalu, kondisi ini dibuat seakan terlihat seperti ada perang antara
dua pasukan yang seimbang. Bukan itu keadaannya. Di Gaza, yang ada
hanyalah penduduk sipil. Kita tidak ada tentara. Kita bahkan hampir
tidak memiliki pasukan kepolisian untuk keamanan internal. Kami tidak
memiliki pasukan yang bisa bertempur melawan tank dan persenjataan berat
dari pasukan Israel, pasukan terbesar dan terbaik ke-4 dunia. Bagaimana
kami di Gaza bisa bertempur melawan pasukan sebesar itu? Jadi
menunjukkan bahwa yang terjadi di Gaza adalah perang, itu tidak adil.
Ini adalah pembantaian oleh pasukan yang sangat canggih dari negara
Israel, melawan populasi sipil, yang bahkan tidak bisa memenuhi
kebutuhan dasarnya. Tidak ada cukup air di Gaza, pasokan listrik tidak
memadai, bahkan warganya tidak bebas untuk keluar masuk dari Tepi Barat
ke Gaza. Mereka semua hidup dalam kondisi yang sangat berat, ditambah
lagi aksi militer.
Kemarin saya berbicara dengan mereka di telepon, dan mereka bilang
mereka bahkan tidak bisa tidur. Karena serangan udara ini tidak
berhenti. Mereka bilang rumah mereka seperti terkena gempa bumi,
barang-barang berserakan, benda kaca pecah di lantai, meskipun bom tidak
mengenai rumah mereka. Tragedi kemanusiaannya adalah mereka tidak punya
pasokan makanan dan air yang mencukupi. Kehidupan keseharian mereka
terhenti selama seminggu penuh. Kamera tidak bisa menangkap ini, media
tidak bisa menangkap ini. Karena ini membuat seluruh warga Gaza hidup
dibawah belas kasihan siapapun yang datang untuk membantu.
T:
Kita sepertinya hanya mendengar Gaza saat serangan seperti ini
terjadi, di saat lain, seakan jadi tidak penting lagi. Anda bisa berikan
gambaran bagaimana hidup dalam keseharian di Gaza?
J:
Sayangnya, seluruh dunia memperlakukan Gaza dengan tidak adil.
Salah satunya adalah dengan menggambarkan Gaza sebagai tanahnya Hamas.
Dimana penuh dengan teroris, tentara sipil, roket, bangsa yang ingin
menghancurkan bangsa Yahudi dan membinasakan Israel, ini semua gambaran
yang diberikan tentang Gaza. Sayangnya, beberapa Negara menganggap ini
benar, dan menyebarkannya demikian. Hamas hanyalah sebuah organisasi
politis yang memenangkan sebuah pemilu di tahun 2006. Selain Hamas, ada
13 organisasi politik lain di Gaza. Merekapun punya sistim militia
sendiri, tapi bukan tentara professional. Seluruh Gaza sudah dikuasai,
kita tidak memiliki perdagangan dengan bagian dunia manapun. Kita tidak
punya pelabuhan, ataupun lapangan terbang. Kita hanya memiliki
perbatasan Rafah, dan terowongan bawah tanah. Jadi bayangkan, dari mana
pula kami bisa mendapatkan persenjataan militer yang canggih? Tidak ada.
Yang mungkin ada hanyalah persenjataan lokal yang sederhana, dan sangat
primitif. Tidak bisa membunuh atau melukai siapapun. Kami akui,
terkadang kami menembak kearah mereka, tapi itu murni untuk membela
diri. Mana mungkin warga Gaza mau bunuh diri dan menerima keadaan yang
buruk tanpa mencoba melawan, tentu ada perlawanan, tapi apakah sebanding
dengan apa yang akan diterima? Tentu saja tidak. Kami hanya mencoba
membela diri, dengan cara apapun yang tersedia.
Jadi kekuatan dari kedua pihak dalam konflik ini tidak seimbang.
Tidak adil bila masyarakat berpikir kondisi ini seperti Afghanistan,
atau pihak apapun, yang ingin membahayakan Israel. Bagaimana mungkin
kami mau membahayakan Israel? Listrik yang kami butuhkan datangnya dari
Israel. Obat-obatan yang kami butuhkan, datangnya dari Israel. Makanan
yang kami beli untuk Gaza juga datang dari Israel. Bagaimana mungkin
kami ingin membahayakan Israel? Sudah berapa orang yang terbunuh dalam 5
tahun terakhir? Tidak ada alasan.
Biar saya mundur sedikit, latar belakang dari agresi ini adalah
kegagalan dari proses pendamaian. Semua tahu bahwa otoritas Palestina
selama ini mencoba melakukan pembicaraan damai dengan Israel untuk
menyepakati pendamaian yang permanen. Karena inti dari konflik ini
adalah okupansi militer yang dilakukan oleh Israel sejak 1967. Seluruh
dunia mengatakan bahwa solusinya adalah menciptakan 2 negara yang hidup
damai bersebelahan. Ada beberapa kendala, pertama adalah dimana batas
negaranya? Kami mengatakan batas negaranya mengikuti kondisi tahun 1967,
sebelum Israel mengokupansi wilayahnya. Menurut batasan ini, Palestina
adalah Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem. Itu basis fundamental dari
kesepakatan damai, namun meski diterima seluruh dunia, Israel menolak
mengakui batasan ini.
Pak (John) Kerry sudah memberikan dukungan luar biasa, dengan
negosiasi berkelanjutan selama 9 bulan, tapi tidak ditemukan
kesepakatan. Sementara itu, Israel terus membangun permukiman di Tepi
Barat. Ini sebenarnya tujuan utama Israel. Tujuan utama Israel bukan di
Gaza, tapi membangun permukiman di Jerusalem dan di Tepi Barat. Jadi
mereka ingin mengalihkan seluruh perhatian dunia ke Gaza, daripada
membicarakan apa tentang pembangunan permukiman mereka di tanah yang
dirampas di Tepi Barat. Jadi, selama pendudukan ini terus terjadi,
lingkaran kekerasan akan terus berulang. Mengapa mereka menyerang Gaza?
Karena kita juga telah mencapai rekonsiliasi damai antara Hamas dan
Fatah, kini, tidak ada pemisahan lagi di Palestina. Hanya ada 1
pemerintahan, 1 presiden, dan 1 institusi di Palestina, beserta berbagai
partai politik, yang akan bersiap menghadapi pemilihan umum pada
Januari untuk memilih anggota parlemen dan presiden. Kami mulai bersatu,
dan ini yang tidak diterima oleh Israel, mereka ingin menyerang Gaza,
dan mencoba menganggap Hamas berbeda sendiri , menciptakan perang antara
Israel dan Hamas saja. Ini adalah perang antara pasukan Israel melawan
seluruh Palestina, bukan hanya Hamas, dan bukan hanya Gaza.
T:
Masyarakat Indonesia sangat terdorong untuk membantu rakyat
Palestina. Ada yang memberikan uang mereka, ada yang memberikan doa, ada
yang ingin datang dan membantu perjuangan disana. Apa saran anda bagi
mereka?
J:
Saya sangat merasa terharu dengan perhatian yang diberikan oleh rakyat
Indonesia, siapapun mereka. Pria, wanita, siapapun, ini sangat penting
bagi kami. Seperti yang sudah saya katakan, ini bukan konflik militer,
maka dukungan Indonesia disini mungkin sebaiknya berbentuk dukungan
politis dan kemanusiaan. Ini juga yang telah selama ini dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki posisi
penting dalam kancah perpolitikan dunia untuk berperan dan bersuara
untuk membantu posisi kami. Ini juga telah dilakukan. Sekedar
mengingatkan, saat kami mengajukan keanggotaan di PBB, Pak Marty
Natalegawa, selaku Menteri Luar Negeri, dengan perintah dari Presiden
Yudhoyono, datang sendiri ke New York untuk mendukung draf resolusi yang
berisi permintaan keanggotaan kami. Ini adalah bantuan yang sangat
besar, karena disitu Indonesia sekaligus mewakili 56 negara lain, yang
sebagian besar diantaranya adalah negara Non-Blok dan negara Muslim,
jadi Indonesia bisa membantu dengan memobilisasi dukungan di negara
–negara ASEAN secara politis maupun diplomatis.
Indonesia juga bisa mendukung melalui OIC, dimana Indonesia juga
punya pengaruh besar di organisasi berpenduduk muslim. Indonesia juga
berpengaruh di Kelompok Negara G-77 dan negara-negara Non-Blok. Di tiga
kelompok ini, Indonesia sudah berperan, dan kita pun berkoordinasi penuh
di New York, Jeddah, dan lainnya. Itu faktanya. Baru dua bulan lalu,
Indonesia membentuk konferensi bernama CEAPAD, yaitu konferensi
negara-negara Asia Timur untuk pembangunan Palestina. Pembangunan
Palestina adalah suatu proses yang panjang, dimana negara-negara tadi
telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk membangun institusi dan
ekonomi kami. Kami telah mengadakan Expo Palestina pertama di Borobudur,
dimana kami mulai bisa merencanakan untuk mengekspor komoditas kami,
khususnya dalam bidang agrikultur, dan produk industri lain untuk
memasuki pasar Indonesia.
T:
Jadi bantuan politis sudah memadai?
J:
Begitu besar bantuan politis, ekonomi, dan kemanusiaan. Baru
kemarin kabinet memutuskan untuk mengirimkan bantuan tunai sebesar 1
juta dolar untuk pasokan medis yang akan disiapkan oleh Kimia Farma. Ini
sangat penting. Tidak hanya jumlah uangnya, tapi bahwa ini berasal dari
masyarakat Indonesia. Bayangkan, betapa besar dampaknya saat
obat-obatan tersebut tiba di Gaza, dan mereka menyadari bahwa
obat-obatan itu datang dari Jakarta yang 14 ribu kilometer jauhnya,
bayangkan sokongan moral yang didapatkan oleh warga kami, bahwa mereka
tidak sendirian. Kekuatan kami datang dari bantuan dan dukungan yang
kami dapat dari warga biasa di Indonesia, dan ini sangat besar. Kami
sangat tersentuh dengan mereka yang berikan dukungan melalui facebook,
mereka yang datang ke kedutaan, yang menelepon karena ingin
menyumbangkan uangnya, kepada mereka semua saya katakan bahwa mereka
bisa koordinasikan bantuan apapun melalui kedutaan. Mereka bisa
menelepon kami kapanpun mereka mau.
Kami juga memiliki gerakan Persahabatan Indonesia – Palestina yang
diketuai seseorang yang sangat dihormati, Bapak Profesor Din
Syamsuddin, yang mengepalai Muhammadiyah. Selama bertahun-tahun dia
dipercaya untuk membantu mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sebagian besar
kebutuhan pangan, dan obat-obatan, melalui organisasi internasional,
melalui system dalam PBB, melalui UNRWA, badan pemberi bantuan yang
paling berperan bagi masyarakat Gaza dalam membagikan bantuan. Mereka
adalah organisasi yang sangat transparan, akuntabel, dan dapat
diandalkan. Karena terus terang, diluar itu, kita tidak bisa benar-benar
yakin. Kita tidak bisa benar-benar yakin bahwa bantuan sampai ke tangan
yang tepat.
T:
Saluran bantuan yang tidak terorganisir dengan baik seperti itu, apa pendapat anda tentang mereka?
J:
Situasi di Gaza sangat unik. Perbatasan antara Mesir dan Gaza tidak
selalu bebas untuk dilalui. Kita harus terus mengorganisir
bantuan-bantuan ini agar bisa masuk ke Gaza tepat waktu dan sesuai
prioritas. Karena kebutuhan selalu berbeda-beda. Hari ini contohnya,
kita baru mendapat kabar dari Menteri Kesehatan kami tentang kondisi
terakhir di Gaza, dan obat apa yang dibutuhkan saat ini. Kita selalu
membutuhkan obat-obatan, tapi tidak sembarang obat-obatan, tapi
obat-obatan yang memang dibutuhkan, dan pasokannya sudah menipis.
Kondisinya saat ini, ada 1000 korban luka dalam sehari, ini jauh diatas
kemampuan kami. Itu sebabnya kami harus mengevakuasi beberapa
diantaranya ke Mesir, untuk mendapatkan perawatan yang layak. Jadi saya
sarankan bagi teman-teman kami di Indonesia, berbaik hati lah pada
saudara-saudarimu di Palestina. Berdoalah bagi mereka apabila
memungkinkan. Kalau mampu, akan baik sekali bila bisa menyumbangkan
sesuatu, melalui jalur-jalur yang saya katakan tadi. Kami juga terus
membutuhkan dukungan moralmu dengan mengangkat suara dalam masyarakat,
dalam demonstrasi damai, biar dunia tahu bahwa Indonesia tidak
menyetujui agresi ini, dan bahwa sampai saat ini tidak menerima
pendudukan militer dimanapun.
Sejak jaman Soekarno, hingga saat ini, Indonesia selalu mendukung
kami. Kenapa? Karena ini adalah permasalahan keadilan. Ini bukan masalah
konflik agama, bukan masalah perselisihan batas wilayah dua negara. Ini
masalah nasionalisasi, kemerdekaan, dan keadilan. Ini mengapa kita
dalam konsensus dengan Indonesia. Seluruh Indonesia, seluruh partai
politik di Indonesia setuju, alhamdullilah. Baik itu Muslim, Kristen,
Buddha, semua di Indonesia mendukung Palestina. Saya bisa katakan,
banyak sekali umat Kristen yang ingin membantu kami. Ada cara lain juga
untuk membantu kami, yaitu dengan berinteraksi dan bekerja sama dengan
kami. Berinteraksilah dengan kami dalam perdagangan, dalam pendidikan,
dalam pariwisata. Tahun lalu saja ada 50 ribu warga Indonesia yang
berangkat ke Palestina. Mereka berkunjung ke Jerusalem, berkunjung ke
Bethlehem, dan Hebron. Kami ingin melihat angka ini bertumbuh, ini
membantu ekonomi kami, sekaligus membuat mereka mengenal langsung
bagaimana situasi yang sebenarnya disana. Saya juga ingin mengajak media
untuk melihat langsung ke lokasi, karena mengalaminya langsung berbeda
dengan mendengarnya dari orang lain.
T:
Jadi Gaza membutuhkan bantuan, tapi pastikan disalurkan melalui saluran yang tepat, itu pesan anda?
J:
Mohon lakukan itu. Pemerintah Indonesia juga akan dengan senang
hati menyalurkan bantuan ini. Kami pun dari kedutaan siap untuk membantu
menyalurkan bantuan yang ingin anda sampaikan. Gerakan Persahabatan
Indonesia – Palestina yang dikepalai pak Din Syamsuddin juga sudah
bekerja dengan sangat baik dalam menyalurkan bantuan. Saya bisa sarankan
ke-3 saluran ini. Namun bila melalui saluran lain, saya tidak bisa
berkomentar, tapi saya pun tidak dapat menjamin bantuan tersebut akan
tiba ke tangan yang tepat. Tentu saja ada saluran lain, ada organisasi
kesehatan lain jgua, seperti Mer-C yang membangun Rumah Sakit, mungkin
sekarang sudah selesai, meski merupakan proyek lama. Tapi
saluran-saluran seperti itu, baik dari pemerintah, maupun Internasional
sangat transparan dan akuntabel, sehingga siapapun yang ingin
menyumbang, mereka akan pastikan sumbangan itu sampai kepada mereka yang
membutuhkan.
T:
Satu hal lagi: Banyak warga Indonesia yang berpikir ini perang
antara dua agama. Mungkin anda bisa meluruskan apakah ini perang antar
agama, atau penjajahan wilayah?
J:
Dalam politik, seorang politisi akan menggunakan isu agama. Bahkan
terkadang saat pemilu, isu agama akan dibawa-bawa. Jadi anda bisa
bayangkan. Saat gerakan zionis memulai proyek pembentukan wilayah
Israel, mereka menggunakan isu agama dengan mengatakan adanya kerajaan
bagi bangsa Yahudi 3000 tahun lalu. Ini cara gerakan zionis yang
sebenarnya sekuler, membawa isu agama untuk meyakinkan bangsa Yahudi
untuk bermigrasi ke Palestina. Di Palestina hanya ada 30 ribu warga
Yahudi saat deklarasi Balfour dicanangkan. Ini proyek kolonial yang
tanpa bantuan Inggris, mungkin kita tidak akan pernah melihat adanya
negara Israel di Palestina. Mereka berpikir untuk membangun permukiman
Yahudi di Palestina karena adanya gerakan anti-semit di Eropa, bukan
karena ada gerakan anti-semit di Timur Tengah, Negara Arab, atau Negara
Muslim. Jadi ada dimensi agama dalam gerakan politis bernama zionis.
Tapi konflik yang terjadi sekarang adalah antara pihak yang menjajah
dengan yang terjajah. Ini proyek kolonialisasi yang harus berakhir. Itu
sebabnya kami meminta nasionalisasi dan kemerdekaan.
Persis seperti yang terjadi di Indonesia. Apa yang terjadi di
Indonesia bukanlah perang antara Kristen Belanda dengan Muslim
Indonesia, tapi upaya kolonialisasi dari sebuah negara. Begitu perang
ini berakhir, hubungan kalian pun kini sangat baik satu sama lain.
Itulah yang kita bicarakan. Kalau pendudukan ini berakhir besok, maka
kami menawarkan solusi dua negara dijalankan. Apa maksudnya? Bahwa
Palestina akan hidup berdampingan dengan Israel. Kedua negara ini harus
memperbaiki hubungan dengan saling mengakui keberadaan satu sama lain.
Inilah yang dikatakan negara-negara Arab, bahwa apabila ini berhasil
dilakukan, maka Israel akan memiliki hubungan diplomatik yang normal
dengan semua negara tetangganya. Bahkan OIC sudah mengatakan hal yang
sama, juga Indonesia. Apabila besok sebuah negara yang berdaulat dan
merdeka berdiri di Palestina, maka tidak akan ada masalah antara
Indonesia dan Israel sama sekali. Jadi dimana pula dimensi agama dalam
masalah ini?
Apabila seluruh masyarakat muslim di dunia melawan Israel, maka
Israel sudah lenyap dari muka bumi. Ada 1,5 Milyar warga muslim di
seluruh dunia, jadi justru warga muslim tidak melihatnya dari dimensi
agama. Tapi tentu saja setiap umat muslim berhak marah saat Palestina
terusik. Karena situs suci agama islam terletak disini dibawah
pendudukan. Umat muslim takkan membiarkan masjid Al Aqsa dibawah
pendudukan. Ini adalah qiblat pertama bagi umat muslim, bahkan sebelum
Mekkah. Ada Al Haram Ibrahimi di Hebron, ini situs Abraham. Ini adalah
situs suci yang dimiliki oleh setiap muslim, termasuk di Indonesia. Jadi
setiap ada serangan atas Palestina dan situs ini oleh Israel, tentu
berdampak pada semua muslim di seluruh dunia. Saya ingatkan, satu fakta.
OIC, yang merupakan Konferensi Negara Islam, dibentuk karena ada 1 atau
2 warga Israel yang menyebabkan kebakaran di masjid Al Aqsa, ini
membakar perasaan seluruh umat muslim, hingga mendorong dibentuknya OIC.
Jadi bayangkan betapa pentingnya ini bagi umat muslim.
Israel selalu mengatakan bahwa Jerusalem adalah ibukota abadi
Israel. Ini artinya mereka mengabaikan hak umat muslim, karena Jerusalem
pun diduduki oleh mereka. Itu juga yang membuatnya seperti memiliki
dimensi agama. Bangsa Israel yang ingin membuatnya terlihat seperti
konflik antara muslim dan yahudi, sehingga mereka bisa menyertakan dunia
barat untuk mendukung mereka. Mereka bisa membawa Eropa dan Amerika
Serikat untuk mendukung mereka. Sehingga ini seakan menjadi konflik
antara mereka dan kita. Antara dunia barat dan segala idealismenya,
melawan umat islam yang primitif, oriental, dan teroris. Itu sebenarnya
agenda Israel untuk memposisikan konflik ini. Bagi kami, bukan itu. Kami
mencari dukungan. Lihat siapa yang mendukung Palestina. Apakah hanya
negara muslim? Tidak. Lihat di PBB, lihat Vatikan, Sri Paus ada di
Palestina, dan tidak ke Israel. Dia berangkat dari Amman, lalu terbang
dengan helikopter ke Bethlehem. Ia tidak menganggap Bethlehem sebagai
bagian dari Israel. Jadi ini posisi dari Sri Paus, dan gereja Katolik,
bagaimana pula ini hanya menjadi masalah bagi umat muslim?
T:
Tapi perbincangan panjang ini juga menunjukkan, saat isu agama yang
dibawa, fokus masyarakat beralih dari apa yang sebenarnya terjadi di
Tepi Barat?
J:
Tepat sekali. Mereka ingin membuat konteks konflik ini sangat
terbatas, bahwa masalah mereka hanyalah Gaza, dengan sebuah organisasi
bernama Hamas. Baik, pertanyaannya begini: Hamas dibentuk tahun 1989,
lalu mengapa Israel telah menduduki Palestina sejak 1948? Lalu apa
alasan mereka pada saat itu?
T:
Terima kasih atas waktu anda, pak Mehdawi.
—————————————————
Bagi pembaca yang mungkin tertarik membantu warga Palestina
dengan dana, atau bentuk lainnya, namun khawatir dananya disalahgunakan,
bisa bertanya langsung ke kedutaan Palestina di nomor telp: 021-3145444 agar bisa disalurkan ke yayasan dan lembaga yang pasti menjamin dana tiba di tangan warga Palestina yang membutuhkan.
Thanks for reading.
Fariz N. Mehdawi, Dubes Palestina
Sekian. #PrayForGaza