Rabu, 03 September 2014

Kontoversi Ilmu Sains dengan Ilmu Agama bab ll



Unsur pertama dalam kegiatan fisika adlah observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin diketahui sifat dan perilakunya pada kondisi tertentu. Tidak dibenarkan dalam kegiatan fisika adanya penggantian pengamatan dengan pengkhayalan tentang perilaku alam itu, kecuali apabila imajinasi tersebut didukung oleh hasil perhitungan matematis yang diabarkan dari perilaku-perilaku lain yang telah diketahui secara umum.
Setelah pengamatan, unsur penting yang kedua dalam pengembangan fisika adalah pengukuran (kuantifikasi) yang dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini karena segala sesuatu akan menadi kabur dalam fisika apabila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Bila seorang fisikawan mendengar ucapan “angin meniup sepoi-sepoi basa”, maka ia akan berkomentar bahwa ungkapan itu bukanlah merupakan fisika melainkan puisi. Namun jika beliau mendengar kata-kata “udara mengalir dengan kecepatan 8 kilometer per am dengan suhu 22 deraat celcius dan kelembaban 85 persen”, maka bisa dikategorikan sebagai pernyataan fisika. Memang demikianlah keadaannya, sebab di dalam fisika semua eksperimen yang melandasi pernyataan fisika harus dapat direproduksi agar dapat dikai ulang oleh fisikawan lainnya. Besaran-besaran fisis sebagai hasil eksperimen itu harus dinyatakan dengan besaran ukuran dalam satuan terkait, misalnya massa dalam kilogram, waktu dalam sekon, panjang dalam meter, dan sebagainya.
Kalau seorang fisikawan harus menimbulkan kembali keadaan yang ada dalam pernyataan yang puitis, maka dia akan angkat tangan alias tidak bisa menelitinya. Hal ini karena dia tidak tahu kata-kata “sepoi-sepoi basa” seperti apa yang harus ditimbulkan. Sedangkan untuk pernyataan kedua (pernyataan fisika), maka setiap mahasiswa akan dapat mereproduksikannya di dalam laboratorium. Mahasiswa itu akan segera mengambil thermometer untuk mengukur temperature udara yang akan diturunkan suhunya sampai 22 derajat, mengambil hygrometer untuk mengukur kekeringan udara dingin yang akan dilembabkan sampai 85 persen, dan memasang alat untuk mengukur kelajuan gerak udara yang akan ditimbulkan. Memang fisika adalah ilmu kuantitatif seperti halnya sains pada umumnya.
Besaran-besaran yang dapat diukur itu disebut besaran fisika atau besaran fisis. Baik temperature maupun kelembaban udara yang diperbincangkan diatas, memiliki ukuran tertentu, berapa tingginya dalam satuan ukur yang berlaku. Begitu pula gerak udara yang diciptakan Tuan Yang Maha Perkasa itu, mempunyai ukuran kecepatan, besaran kelajuannya, dan ke arah mana geraknya. Kalau besaran-besaran fisis yang tampil dalam suatu proses alamiah berhubungan satu sama lain, maka hubungan antara mereka itu dapat dirumuskan dalam bentuk matematis. Dalam bentuk ini, perhitungan-perhitungan yang diperlukan dalam penerapannya dapat dilakukan dengan mudah.
Cobalah diingat pada masa kanak-kanak, ketiak kita harus memompa ban sepeda yang kemps. Mula-mula usaha memasukkan udara ke dalam ban itu dengan pompa terasa sangat mudah, tetapi kemudian setelah ban itu keras, usaha selanjutnya terasa berat. Bagi mereka yang usil, pompa tersebut kemudian dipermainkan. Setelah udara disedot memenuhi tabung pompa itu, lobangnya kemudian ditutup dengan jari. Jika udara tertutup itu ditekan dengan kuat, ia akan keluar karena jari penutup tak tahan tekanan udara dari dalam pompa. Fakta ini menunjukkan bahwa bila volume udara dikecilkan, tekanannya akan naik; begitulah perilaku alam dalam kondisi tertentu, yaitu udara dalam ruang tertutup pada suhu tertentu. Bagi yang ingin menemukan sunnatullah yang mengendalikan peristiwa tersebut sebaiknya dia mengukur volume dan tekanan udara pada setiap posisi.
Unsur lainnya dalam pengembangan fisika adalah analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai pengukuran atas besaran-besaran fisis. Analisis itu dilakukan melalui proses pemikiran kritis yang kemudian dilanjutkan dengan evaluasi terhadap hasil-hasilnya melalui nalar sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional. Dalam kasus pompa sepeda, andai semula ketika pompa itu menyedot udara sampai penuh, volumenya satu liter, dan tekanan udaranya sama dengan tekanan udara di luar (yaitu satu atmosfer), maka kita dapat membuat tabel keadaan sistem tersebut pada kondisi-kondisi tertentu dengan menutup lobang pompa itu dan mengubah-ubah volumenya. Setiap kali kita mengukur volume dan tekanan udara di dalamnya, maka akan diperoleh sepasang besaran bagi kondisi sistem seperti terlihat dalam daftar tabel.
 
Kita dapat menyimpulkan bahwa perkalian besar volume dengan besar tekanan menghasilkan bilangan yang konstan. Dalam contoh pompa itu, akan diperoleh rumus: P x V = C dengan C = 1. Penggunaan akal atau penalaran dalam proses terakhir ini, akan menghasilkan kesimpulan bahwa merupakan unsur penting lainnya. Hasil penyimpulan ini biasanya diumumkan sebagai publikasi ilmiah, untuk diselidiki, dikaji, disanggah, atau didukung oleh fisikawan lainnya di seluruh dunia.
Konsensus yang tercapai mengenai masalah itulah, yang merupakan materi ilmu dalam fisika. Dari himpunan rasionalitas kolektif insani ini kemudian dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi, bagi pemanfaatan alam dan pengelolaannya secara baik, sehingga lingkungan hidup yang lestari ini dapat menjadi sumber penghidupan dan tempat berlindung bagi manusia yang mengelolanya. Alquran mengajarkan lebih dari itu di mana seorang Muslim dianjurkan untuk menjadi manusia yang utuh. Dia tidak boleh merusak dan membinasakan lingkungan hidup yang ada di muka bumi ini.
 
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakani” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77).
 
Jika kita menguasai fisika, atau sains pada umumnya, kita akan mengetahui bagaimana alam akan bertingkah laku pada kondisi tertentu. Kita akan dapat meramalkan bagaimana alam akan memberikan reaksi atau respon terhadap tindakan yang kita lakukan terhadapnya. Dengan ilmu pengetahuan kealaman yang dimilikinya, manusia dapat menimbulkan kondisi yang dia pilih sedemikian rupa sehingga alam menyambutnya dengan respon yang menguntungkan. Dia akan mampu terbang, membuat bahan-bahan sintetik, menghubungi temannya yang berada di belahan bumi lain, dan sebagainya. Sains yang dikuasai manusia bisa dijadikan sebagai sumber teknologi bagi kesejahteraan dirinya dan orang lain serta lingkungan hidup sekitar yang dikelolanya dengan baik sehingga dia pantas disebut sebagai “khalifah di bumi”.
Keberhasilan suatu teknologi bergantung pada kemampuan orang untuk memilih kondisi-kondisi yang mendorong alam untuk bertindak seperti yang diinginkan. Tentu saja perilaku alam raya ini dikendalikan oleh sunnatullah yang mengatur bagaimana alam harus bereaksi pada kondisi tersebut, karena alam itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berdasarkan ketetapan Allah Swt. Atas dasar inilah manusia diperintahkan untuk menggunakan nalar sehatnya agar mampu menyelami rahasia ciptaan-Nya.
 
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir” (Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 13).
 
Ayat diatas menyatakan bahwa seluruh isi langit dan bumi akan ditundukkan al-Khaliq (Sang Pencipta) bagi umat manusia dengan cara (teknologi) yang merupakan penerapan sains, agar mereka mau melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat dengan menggunakan akal sehatnya.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar